0

Tikam Jajak

Posted on Senin, 26 Agustus 2013

aku menantimu menapak hilir arusmu,bukan arus yg ku maksud dari nasib

aku menantimu bersenandung rindu menunggu panen,bukan panen senyuman
yang tak juga aku mengerti.

aku menantimu diujung peron terakhir menghadap langit dari selatan semenanjung pantai ini,
bukan menanti harap yang kita tak juga mungkin menunggu.

menapak diatas auman kereta, menina bobokanku dengan gemerincing sendok
berputar diantara kenikmatan sesajian

barangkali ini pertama ku tau kau tak tidur malam ini tapi tentu Dia,

tau apa yang terbaik buar peron ini, agar kau terus menikam jajak pelancong dari
andalas.

sampaikan salamku pada garis-garis tugu setiap perempatan yang kau temui,

pada setiap dariak ujung-ujung busa besi tua.

0

Asa kasauku Galau

Kerentaanmu yang bercerita kepulkan asap dari pipa kemuning buatan tangan tangguh.
Wajah yang terus berketur dan bercahaya,

Kau sampaikan aku tentang hidup silek tak basuku dan pekat rantau.

Usia yang tak mampu meredupkan tatap tulang yang tak setangguh cerita magek manandin.
sederet cerita yang terus kicaukanku tentang jiwa petualang dan sisa pijar reman pasa.

Bukan beban yang mungkin ku tak sanggup memikul, hanya takut tak buatmu bahagia, kelak.

0

Senyum Seulas Bidadari

tak selalu menanarkan mata pada wajah sendu,
karna takdir tak sekalipun bertahan pada ingin
berada di pangkuan keperkasaan tangan lembut
mengelus angan dan harapku
menatihkan tapak peluh luka, menganak sungai nanah,
dan air mata darah ini tak begitu indah, tak lagi seindah senyum seulas bidadari
tak semerakah tawa dari ramum bibir yang kau sajikan di meja kerjaku

aku nanar menengadah menghadang hujan
memaki takdir yang tak semestinya,
indah yang sedikit meraup keuntungan dari kelamku
tak lagi menapakkan senyum datar.
kau yang suatu saat dipanggil ibu, kau ku harap menjadi peraduan isiku.

kelak seseorang memanggil kau ibu,
aku panggil kau pahlawan dalam kekeringan masa lalu
menuntun dengan senyum seulas bidadari
kelak seseorang memanggilmu bunda,
aku panggilkau guru para nabi.

0

Sesudahnya.

Ia pergi dengan harap tertinggal
Ia pergi untuk membunuh kepongahanku.

Ia pergi menyisakan jiwa pendekar
dalam sebaris legaran terakhir beriring "simarantang tinggi"

Ia pergi.
Tidak...
Ia tidak pergi

Tidak,
Ia kembali.

Ia kembali dari kefanaan
Kembali dari semua kemunafikan kita
Kembali dari harap yang sudah semestinya berhenti

Ia kembali pada Pemiliknya yang Hakiki
Pemilik mimpi dan harap yang pernah kau, aku, dan ia miliki
Ia kembali dari kepongahan yang tak sempat kita redam

Ia pergi dan kembali dari harap
Meninggalkan jejak sang pendekar
dalam iringan galombang sambia manyambah.

(dedicated to alm.Ahmad Syukri)


0

Di Sini Berjejallah

Posted on Kamis, 22 Agustus 2013

Mencoba meramu dunia dengan cara sendiri,
lelaki merayu kehadiran sang raja dalam hati yang hampir mati. Renta membaca dan mengerti alur takdir. Yakin dengan apa yang kuyakini akan detakku.

lelaki malu dengan apa yang Kau katakan tentang hidup dan mati. Dalam karunia dan kasihmu, hanya mampu menguasai alunan yang terputus dari sisi jejak tubuh mati.

Lelaki dengan jiwa tertinggalkan untuk meniti menengadah harap dan sedikit desah yang tak beraturan. Tak peduli nanar tatap menantang matahari hantar jiwanya pada curam bibir sang dara.

Kau mampu berkata harap, aku hanya mampu bertafakur pada liang kering tak harap gundah dari desah.
Lelaki mati berjejal harap.
disini, di curam bibir sang dara.

7 November 2011

0

wanita dalam sejumput harap

wanita,
yang di matanya tersirat bejuta benci
benci dengan iya dan tidak
benci dengan hari ketidak pastian

wanita,
yang melipat kerah baju untuk menyimpan sejuta nestapa
yang menjaga peraduan dari kelahiran kembali
yang menantang pongah matahari

wanita.
cukup rahasiamu dalam takdir saja
jangan kau terjaga dari mimpi untuk terus memupuk rindu
dari hari benci,
antara singgasana matahari
dan peraduannya.

3 April 2012

0

Aku Ingin Berdesir

aku ingin berdesir
tapi tidak seperti waktu itu
waktu mata harus bertatap marah

marah terhadap keraguan akan kekekalan
akan kebijaksanaan yang tak kita punya
tak memerlukan kerinduan sesudahnya

aku ingin berdesir
tidak seperti waktu itu
waktu gagak berteriak selamat pagi
aku tak begitu suka iramanya, terlalu "melangkolis".
Pagi yang ku hadiri dengan sejumput aroma
darah yang kucium dari balik nadimu
yang kau balur dengan pongah, namun aku bangga

aku bukannya tak ingin berhenti berdesir
seperti waktu yang kau habiskan mendandani kerut jalan hidup
yang kita tapaki dengan malu menggantung hebat di mulutku
malu yang kau tak malu, yang aku tak bisa untuk tidak bertahan pada aromamu

aku ingin,
ya, seperti kau ingin berdesir

9 April 2012

0

Yang Enggan

Jiwa masih saja berputar pada piringan hitam, meratapi setiap pengakuan dosa yang belum sempat kulakukan,sementara roh terus menuju kesempurnaan,
menapak tilasi denyut nadi dan detak tak beraturan beriringi,  tangis.
Mereka berharap pilu tapi kurasa kita mengerti yang diharap dari duka tak berhenti begitu saja sajak ini.
Dedaun terjatuh hingga petang mengaduh
dalam desah yang tak begitu resah namun ada jiwa terpatri dari hati; mati.
Untuk sementara kita berpikir biru suram merbabu tak jauh dari teriak jiwa melayang disamping surya enggan tenggelam dalam kelam.
Aku, kau atau siapa saja yakin akan mati dalam tidur, 
tapi otakku menutak atik,
menerawang di sudut rindu tak terkira apa dapat kita sampaikan padamu
atau bidadari manapun. yakinku itu kau yang terus melangkah,

Jiwa yang terengah panjatkan puja pada pencipta senja. denting itu tak sesempurna yang kuharap,
tak ada harmoni,
hanya kusam melodi lurus terbawa arus terus kehulu,
teriakan itu tak pekakkan telinga penguasa,
hanya saja aku percaya pada gemeretak ketika nada-nada sumbang terlontar dari dari dawai kecapi sang pawang.

0

Ditemeram

Jengah yang mulai menjemukan
menerawangi layar datar,
tak ayal menerawangi hidup
yang sekelumitnya belum terbuka betul

Mulai menyemarak jiwa jinak, tak
seperti menengadah warna sari muda

Jengah ini menjemukan
ditemeram tengah berpesta pora dalam kejengahan
sesaat sepulang dari keramaian.

,berhentilah bersajak cinta,
"tak mudah
tak gampang
tak secengeng yang ku kira"*


*asmara...(iwan fals)